Wishful Wednesday 20

Wednesday, August 27, 2014


Hai halo, Syifa kembali kesini untuk isi blog post yang masih dikata jauh dari banyak. Berhubung hari ini bertepatan hari Rabu, tadinya sih mau post review, tapi nggak jadi deh karena ada kejutan baru dari Mbak Astrid melalui meme Wishful Wednesday-nya. Cukup lama absen dari meme mingguan ini, nggak punya alasan lain sih selain sibuk ngejar Kurikulum 2013, belajar, dan sekolah. Mungkin, Asyifa aktif ikut meme pas ada maunya, boleh aja sih disebut gitu... nggak bohong kok kalau semua orang mau dapat buntelan, suara hati nih :P

Happy Cake Day for Perpus Kecil. Udah lima tahun aja nih, masih tetap imut-imut dengan tidak mendekati amit-amit kan? Hehe, semoga si empunya blognya makin rajin dan sayang sama Perpus Kecil, makin tumbuh dan berkembang biar koleksi bukunya makin bertumpuk, dan makin cinta sama pembacanya dengan berbagi kebahagiaan (read: giveaway). Amin... Eh, masih betah aja jadi Perpus Kecil, kapan besarnya? :D


Nah, berhubung dalam satu minggu selanjutnya juga giliran aku yang di-Happy Cake Day-in, jadi ayo dong kasih kado spesial buat aku. Harusnya sih aku ya yang ngasih hadiah sama Perpus Kecil, eh ini malah minta hadiah, hihi. Kabulin ya :P

Judul: Remember When
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 260 hlm
Harga: Rp. 34.400,- (20% OFF: Remember When on BukaBuku.com)
Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya. 

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas? 

Lalu, saat kau berkata, “Aku mencintaimu”, aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?

“Aku mencintaimu,” katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna? 

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.

Kalau boleh bilang, sebenarnya aku udah punya versi e-book-nya, tapi kok nggak sampai tamat ya? Dan memang baru dibaca beberapa halaman aja sih, nggak enak, bikin sakit mata menatap layar laptop terus. Sayang kan? Belum lagi, ada versi cover filmnya, mau menyetarakan dengan buku Kak Winna, Refrain yang aku punya dengan cover filmnya juga *ada Afgan sama Maudy dong!* Yah, sembari memberi kode sih minta diajakin nonton film dengan Michelle Ziu sebagai salah satu pemerannya ini.



Judul: Priceless Moment
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 304 hlm
Harga: Rp. 38.400 (20% OFF: Priceless Moment on BukaBuku.com)

Kisah kita serupa dongeng. Dipertemukan tanpa sengaja, jatuh cinta, lalu bersama, dan akan bahagia selamanya. Tanpa banyak kata, kau tahu aku mencintaimu selamanya. Begitulah yang seharusnya.

Namun, ketika setiap pagi kutemukan diriku tanpa kau di sisiku, aku sadar bahwa dongeng hanyalah cerita bohong belaka. Kau pergi, meninggalkanku dalam sepi, dalam sesal yang semakin menikam.

Hidup tak akan sama lagi tanpamu. Apa yang harus kukatakan ketika mata polos gadis itu memelas, memintaku menceritakan dongeng-dongeng yang berakhir bahagia? Kau belum memberi tahu jawabnya untukku.

Kau tahu, kali ini, akan kulakukan apa pun untuk mempertahankanmu berada di sisiku. Pun sejenak. Namun, lagi-lagi, kau hanya ada dalam memori….

Masih terbitan GagasMedia, dan ini adalah penulis favorit aku juga semenjak baca buku STPC: Paris selain Winna Efendi. Mulai dari munculnya buku ini di daftar New Books GagasMedia.net dan BukaBuku.com, greget banget pengin cepat punya. Ceritanya selalu ala Kak Prisca, tentang dunia yang menyenangkan--dongeng. Kalau ingat buku Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa, aku selalu kepikiran cerita Snegurochka yang namanya hampir mirip dengan Matryoshka. Dari buku yang sudah ditulis Kak Prisca, dengan termasuk buku yang satu ini itu berarti aku sudah baca empat bukunya. Yeaay ^^


Dan di balik itu semua, aku pengin menghadiahkannya lagi untuk seseorang. Yang spesial dong tentunya, sama-sama pembaca setia buku. Dia itu kakak yang aku kenal via Goodreads, sosial media memang mengenalkan aku sama bermacam orang, dan Teteh yang satu ini adalah salah satu yang paling baik, menurut aku. Semenjak kenalan, aku selalu pinjam buku-buku miliknya, dan baiknya dia selalu ikhlas bahkan untuk bayar ongkos kirimnya dari Bandung ke Bandung (baca: Cililin).


Intinya sih, kedua buku ini kan temanya tentang romance *uhuk. Entah kenapa, mungkin mood aku juga sama-sama sedang ceria akhir-akhir ini, ada perasaan gembira yang berbeda di hati ini *tsaaah, mungkin Asyifa sedang jatuh cinta, dan melalui Remember When & Priceless Moment, mungkin perasaan senang ini bisa makin lengkap seraya ditemani bacaan yang menarik :D

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Dear Prudence - @danniefaizal

Monday, August 25, 2014

“Yang namanya perjuangan meraih cita-cita itu emang nggak gampang, banyak jalan panjang dan berliku. Tapi, di sepanjang jalan itu banyak sekali tersembunyi hikmah dan jawaban. Jadi, ketika kamu tiba di tempat tujuan, kamu akan menjadi pribadi yang tangguh,” (hal. 59)

Judul: Dear Prudence
Penulis: @danniefaizal
Penerbit: Bentang Belia
Tebal: 252 halaman
Rating: ★★

---

Klingon, bagaimana ya rasanya saat seorang mahasiswi cantik tiba-tiba mengomentari seorang Irvine Suherman yang baru saja dipangkas jambulnya oleh senior kampus? Adalah Anastasia Prudence alias Prue yang meledek Irvine dengan nama tokoh berjidat lebar dalam Startrek itu. Keduanya adalah mahasiswa yang baru saja diterima di jurusan DKV Trisakti dan menjalani masa OSPEK.

Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta yang sebenar-benarnya, di mana kita merasa segala yang kita butuhkan sudah ada pada diri pasangan kita. (hal. 10)
Melewati masa-masa kuliah bersama Prue, menjadi kesenangan tersendiri bagi Irvine. Ketika untuk pertama kalinya ber-accidental date, nonton bareng, makan bareng, jalan bareng, menjadi kegiatan yang seru di luar pusingnya mata kuliah yang diajarkan para dosen di kelas DKV.

Bukan hal yang aneh jika banyak siswa atau mahasiswa yang sering merasa berat hati menjalani kegiatan belajarnya. Selain materi ajaran yang sulit, terkadang siswa juga sering merasa kesal terhadap pengajarnya sendiri. Sama halnya yang dirasakan Irvine, baginya dosen hanya sekadar menerangkan materi tanpa pernah menghasilkan karya besar dan bahkan membatasi ruang kreativitasnya. Itulah yang membuatnya bersikap arogan, merasa paling benar.

“Bunga kuncup. Bunga merekah dan memancarkan warna cerah. Lalu, perlahan warna itu pun pudar, dan akhirnya layu. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan waktunya. Buat apa kamu risau?” — “... Jika sesuatu terjadi nggak sesuai dengan yang kamu rencanakan, bukan berarti kamu gagal. Kamu hanya sedang melalui proses belajar. Akan ada waktu di mana kamu akan berhasil. Ya, semua akan terjadi sesuai dengan waktunya.” (hal. 82)
Menjelang semester akhir, sebagai mahasiswa DKV tentu saja Irvine dan kawan seperjuangan harus menjalankan tugas berupa magang. Awalnya, ia sempat putus asa mengingat Idrus—teman Irvine—sudah lebih dulu mendapat posisi magang di sebuah perusahaan. Mau tidak mau, akhirnya ia diterima sebagai mahasiswa magang di sebuah stasiun televisi yang dulu dianggapnya horor, NewsTV.

“Kita sering panjang angan-angan, ingin membuat sesuatu yang besar. Akibatnya, kita kerap melupakan hal kecil, padahal dari sanalah hal besar itu tumbuh.” (hal. 84)

Mendapat posisi sebagai news graphic bukanlah kemauan Irvine, ia ingin menjadi mograph yang menghasilkan karya besar—begitu pikirnya—sayangnya, terkadang Irvine sering meremehkan tugas-tugas kecil yang malah menjadi petaka baginya dan orang sekantor. Belum lagi, ia harus bersaing dengan sesama magang-er bernama Lusy yang menurutnya lebih kompetitif.

Dalam dunia kerja, attitude yang baik adalah segalanya. Skill bisa dibentuk, tetapi attitude selalu sulit untuk diarahkan.  (hal. 114)
Di samping berbagai kendala yang dihadapi selama masa magang, kisah antara Irvine dengan Prue masih berlanjut. Kadang, ia berpikir akan masa PDKT-nya yang terlalu kadaluarsa, ditambah perubahan-perubahan sifat Prue yang tidak jarang membuatnya kesal. Hanya Mama-nyalah yang mengerti akan kondisi anaknya, Mama yang sering mengerti bagaimana seharusnya Irvine berbuat, dan ya... pengaruh teman-teman Irvine untuk memutuskan sampai sejauh mana ia berjuang demi Prue.

“Cewek emang susah banget ditebak perasaannya, Bro. Gue kesulian banget memahami perasaannya yang naik turun,” (hal. 34)
“... Soalnya kalau lo naksir cewek, pilihan lo cuma dua: pertama, lo harus berani ungkapin perasaan lo, atau kedua, lo harus berani terima kenyataan kalau akhirnya keduluan sama orang lain.” (hal. 37)
Cerita tentang hidup, kisah cinta, keluarga, teman, rival, dan perjuangan akan dunia kerja ditulis dengan apik dalam buku ini. Bagaimana kelanjutan hubungan Irvine dengan Prue, apakah Prue memang menjadi sosok pemilik hati Irvine? Lalu, apakah cita-citanya menjadi motion graphic designer akan tercapai? Baca selengkapnya di Dear Prudence.

***

Dear Prudence ini aku dapat dari penulisnya langsung melalui Kak Dhila @KilasBuku. Iseng karena linimasa dimasuki twit buat cari tiga orang yang berkenan (dan harus) me-review buku ini, tapi... kalau boleh jujur, aku sedikit agak lama ya meresensinya? Hihi, maaf, kuantitas bacaan aku menurun belakangan ini, belum lagi karena waktu buat nonton K-drama, eh lupakan aja.

Mengambil latar tentang The Beatles, hampir sebagian besar kutipan-kutipan di buku ini berkaitan tentang hal itu. Contohnya adalah judul bab dan tracklist yang mungkin bisa kita dengarkan seraya baca Dear Prudence.

“Masa lalu selalu terasa lebih indah jika kita lupa untuk bersyukur,” (hal. 120)
Tulisan diawali dari prolog yang bisa bikin kita tebak-tebakan, pacarnya si ‘gue’ siapa sih? Ditambah, lucunya sang Bokap saat memberi kue—entah apa jenisnya, rupanya, rasanya, dan namanya—ke si ‘gue’ yang dengan amat terpaksa malah jadi bekal perjalanan.

Digiring masuk ke dalam cerita, kita akan tahu kalau sudut pandang yang diambil adalah dari Irvine, yang bercerita soal kehidupan kuliahnya, magangnya, keluarganya, sampai cerita cintanya. Di atas, review tidak membahas semua bagian cerita *iyalah, spoiler dong!*, banyak peralihan latar dari satu setting ke setting lainnya, dan itu nggak bikin bingung kok. Contohnya saat mereka pergi ke Kawah Putih, cerita di pemakaman, sampai cerita tentang bedah buku *nah lho*. Pasti bingung deh, makanya Dear Prudence dibaca sendiri ya, biar nggak kepo :P

Aku sih berpikirnya kalau Irvine ini adalah penulisnya sendiri, yang tentunya diceritakan dengan fiktif. Salah satu yang menjadi alasan adalah jurusan DKV sebagai pilihan, magang di NewsTV—yang bisa kamu tebak dengan mudah dari penjelasannya, sampai cerita kalau Irvine adalah blogger yang jadi penulis buku. Pokoknya bakal ngeh kalau kamu baca siapa Dannie Faizal di akhir halaman, baru baca bukunya *eh.

“Setiap orang akan merasakan kehilangan. Maka dari itu, kita tak perlu merisaukannya,” (hal. 128)
“... Gue selalu percaya bahwa orang baik tak pernah dibiarkan hidup tanpa diuji. Dan ujian datang untuk kebaikan yang lebih besar,” (hal. 129)
Sinopsisnya sih bilang gini, Nyokap gue malah bilang bahwa arus hidup kadang membawa kita ke tikungan lain, dan menyarankan agar coba melihat cewek lain. Tapi, entah aku yang keliru atau gimana, aku nggak begitu yakin ada cerita yang bahas bahwa Mamanya Irvine menyarankan demikian, mostly Mamanya sering nasihatin tentang masa magangnya di NewsTV yang nyaris gagal. Hmm...

Balik ke cerita cewek tadi, jadi siapa sih pacarnya Irvine yang selalu memanggil namanya dengan “Ringo-kuuuuuu”, bagaikan tarzan yang melambai-lambai cheetah itu? Apa memang Prue? Aku yakin, ceritanya bikin TERTIPU dan of course, happy ending, xoxo.

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Simple Thinking about Blood Type 2 - Park Dong Sun

Sunday, August 24, 2014

Sejak dulu orang pasti menginginkan timbal balik yang sepadan dari apa yang telah mereka lakukan. (hal. 291)

Judul: Simple Thinking about Blood Type 2
Penulis: Park Dong Sun
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 302 halaman
Rating: ★★★★

---

Selain sifat-sifat yang dinyatakan di komik Simple Thinking about Blood Type 1, kini sifat-sifat tiap golongan darah makin banyak lho. Ternyata, golongan darah A juga punya sifat yang baik hati, halus, dan lembut. Golongan darah B itu punya sifat yang jujur, kreatif, dan bebas. Nah, kalau golongan darah O selalu aktif, ingin tahu, dan ramah. Sedangkan, tipe golongan darah AB adalah mereka yang terampil, misterius, dan bijaksana. Whoooaaa....

Golongan darah A paling banyak populasinya dibanding dengan golongan darah lain. Golongan darah A 34,2%, golongan darah B 27,1%, golongan darah O 27%, dan terakhir golongan darah AB 11,4%. (hal. 238)
Di masa Taman Kanak-Kanak, ketika setiap anak dari tiap golongan darah diminta untuk menggambar hantu, bagaimana ya imajinasi mereka? Golongan darah A mendengar apa yang disuruh guru, lalu mengerjakannya dengan semangat ^^v Golongan darah B mengimajinasikan hantu yang spesial (misalnya, payung hantu/mobil hantu). Golongan darah O terus membuat alur cerita berhantu seperti layaknya pendongeng. Sedangkan golongan darah AB, walaupun di tengah-tengah pelajaran sang guru bertingkah seperti hantu dan menakuti-nakutinya, ia tidak  menghiraukannya sama sekali (kasihan!).

Masuk masa Sekolah, sifat setiap golongan darah juga dapat diamati dari cara mereka berpakaian. Si A yang memakai seragam dengan rapi dan menaati peraturan, B yang memakai seragam dengan seenaknya, O yang malah ingin menjadi trendsetter seperti Syahrini dengan gaya berpakaiannya sendiri, dan AB yang sebenarnya mempunyai selera berpakaian yang bagus namun tidak akan mengubah gaya dandanannya saat berseragam. Kesemua ini menunjukkan sifat dari tiap golongan lho, percaya atau tidak.

Selanjutnya, ada lagi cerita ketika mereka-mereka ini memasuki dunia perkantoran. Bagaimana ya jadinya saat tiap golongan darah harus mempresentasikan hasil kerjanya? Tentunya, golongan darah A yang teratur akan menyiapkan segala sesuatunya dengan sempurna. Golongan darah B yang terlalu bebas, malah membuat presentasi menjadi terlalu singkat karena ia tidak suka hal yang merepotkan. Golongan darah O punya kecenderungan menunja pekerjaan yang malah membuatnya tergesa-gesa dalam melakukan presentasi. Sementara AB, selalu berpendapat bahwa presentasinya paling berhasil di antara yang lainnya.

Tidak hanya itu, kehidupan pribadi tiap golongan digambarkan Park Dong Sun melalui dongeng-dongeng, seperti Putri Tidur, Jack and The Bean, Putri Duyung, dan 3 Babi Bersaudara. Setiap hal menarik seperti judul Smartphone, Kafe, Hadiah, dan Perayaan Natal menjadi tema tertentu yang kemudian mendeskripsikan watak dan karakter dari A, B, O, dan AB.

***

Kisah golongan darah kini berlanjut dengan seri keduanya, Simple Thinking about Blood Type 2. Berbeda dengan seri pertama, komik yang satu ini lebih banyak membahas sisi kehidupan tiap golongan darah dimulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dunia Kantor, dan Kehidupan Pribadi mereka.

Bila ingin mengetahui sifat yang dimiliki seseorang, maka kita harus bersamanya dalam waktu yang cukup lama agar bisa memahaminya secara detail. (Kata Pengantar)
Ada yang unik di buku kedua ini, selain halamannya yang lebih tebal sehingga kita lebih puas, cerita yang disajikan juga tidak monoton. Semakin kesini, semakin seru. Setidaknya, kita jadi lebih tahu dan lebih memahami akan karakter dari orang-orang di sekitar kita yang mempunyai tipe golongan darah berbeda.

2% kekurangan dari sekelompok wanita yang sibuk sendiri adalah... kepedulian. (hal. 286)
Dari sekian banyaknya pernyataan, aku agak terkejut juga mengingat sifat-sifat yang digambarkan dari golongan darah AB—which is my blood type—baru aku sadari dan malah menjadi bahan tertawaan sendiri, haha. Seperti, pernyataan bahwa anak bergolongan darah AB terlihat lebih tua daripada usia yang sebenarnya, seandaikan jujur... aku bisa meyakininya atau bahkan tidak sama sekali. Umurku baru (akan) menginjak 15 tahun kelas 11 SMA ini, tapi entah kenapa wajahku menunjukkan bahwa aku sedikit, agak, hampir tua dibanding teman-teman yang berumur 16-17 tahun x_x

Belum lagi, pernyataan bahwa di saat terkena teguran, mereka yang bergolongan darah AB akan pura-pura mengerti dan menjawab seenaknya, menghindar saat ditanya, bahkan meremehkan perkataan orangtua. Hihi, kalau memang sedang marah dengan Mamah, aku memang seperti itu. Daebak!!

Nah, jika di komik Simple Thinking about Blood Type 1 di akhir bab ada Diary Bergambar Si Cowok Gila, kini di seri keduanya tidak ada, hanya ada kisah sebuah keluarga yang sepertinya menunjukkan keluarga dari Park Dong Sun sendiri, dengan Appa adalah tipe A, Eomma tipe B, Hyung tipe A, dan dirinya yang bertipe O, tapi tetap karakter gambarnya masih sama seperti di Simple Thinking about Blood Type 1. Eits, tunggu dulu, masih penasaran kan dengan kisah golongan darah ini? Kita tunggu saja Simple Thinking about Blood Type 3 ^-^

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Simple Thinking about Blood Type - Park Dong Sun

Dalam bergaul di tengah masyarakat, hal yang terpenting adalah mengetahui cara menjalin hubungan dengan orang yang berbeda sifat dan karakter. (Prakata)

Judul: Simple Thinking about Blood Type
Penulis: Park Dong Sun
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 262 halaman
Rating: ★★★

---

Takdir itu... bukan sesuatu yang diakhiri, tetapi sesuatu yang harus dibuka. Meski salah satu ikatan takdir yang tersisa memberikan beban berat, tetapi tidak boleh mengakhirinya dengan bodoh. (hal. 220)
Di dunia ini ada empat jenis golongan darah, ada A, B, O, dan AB. Golongan darah A hidup secara teratur dan taat peraturan. Peduli dan perhatian terhadap orang lain. Namun sulit beradaptasi dalam lingkungan sosial yang cepat berubah.

Golongan darah B tidak suka mencampuri urusan orang lain, juga tidak suka bekerja atau melakukan sesuatu secara teratur. Jika menyukai sesuatu, maka dia akan melakukannya terus-menerus tanpa memedulikan yang lain.

Golongan darah O memiliki semangat hidup yang sangat kuat. Idealis sekaligus realistis. Suka mengatur orang lain, juga selalu berhati-hati karena melihat orang lain sama kuatnya dengan dirinya.

Golongan darah AB adalah campuran antara sifat golongan darah A yang tenang dan stabil, juga plin-plan seperti sifat golongan darah B. Orang yang realistis, dingin, dan kemampuan bernegosiasinya sangat baik. Kritikus yang berbakat dan pandai memberikan saran. Namun, tidak semua orang suka mendengar sarannya, meskipun semua yang dikatakannya benar. Ia suka mengkritik, padahal dia sendiri tidak pernah melakukan tindakan yang disarankannya.

Pernah kan merasa kecewa terhadap orang lain?
Pernah kan tertusuk oleh “pedang tajam” teman yang dipercaya?
Pernah kan tersakiti oleh teman yang tidak pernah membuka hatinya?
Pernah kan merasa tidak bisa dipahami oleh orang lain?
***

Aku bergolongan darah AB, sedikit banyak (atau mungkin hampir 99%) pernyataan di buku ini ada benarnya. Ayahku juga punya golongan darah AB, tapi setelah dipikir-pikir kok rasanya hanya beberapa saja ya yang cocok dengan beliau? Hihi...

Katanya, AB itu realistis dan dingin, SETUJU. Makanya, nggak heran deh kalau di banyak waktu, aku suka menyendiri di tengah keramaian *tssaaah. Belum lagi, AB ini orangnya suka mengkritik, tepat dengan sifat aku yang begitu, bahkan terlalu cerewet mengomentari perbuatan-perbuatan orang yang lain yang nggak aku sukai.

Satu kata yang diucapkan oleh seseorang yang sedang jatuh cinta, “semakin menyukai seseorang, aku semakin lelah.” (hal. 256)
Simple Thinking about Blood Type ini awalnya dibuat karena banyak junior dan teman-teman Park Dong-Sun yang sering berkumpul, mengobrol bersama, dan membicarakan tentang golongan darah. Terkadang, ada perilaku-perilaku aneh yang dilakukan orang-orang tersebut saat bersama, misalnya pergi meninggalkan tanpa sebab, atau terlalu sibuk tanpa benar-benar peduli pertemuan itu. Ditambah, karena sebelumnya Park Dong-Sun sering membuat komik berupa web toon, akhirnya terbitlah komik yang merupakan hasil pengamatan ini di Korea sana.

Itu... seperti sebuah bekas luka. Tidak mungkin lebih sakit lagi, tetapi setiap kali melihatnya jadi teringat lagi... (hal. 210)
Semua pernyataan di komik ini bisa jadi ada benarnya, boleh lah kamu cocokkan satu per satu dengan sifat teman, saudara, atau orang-orang di sekitarmu. Kita bisa mengetahui sifat seseorang melalui golongan darahnya, baik secara umum maupun kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan masing-masing golongan darah. Berlanjut ke hubungan sosial antargolongan darah, cerita serunya, dan ada Diary Bergambar si Cowok Gila yang aku yakini sebenarnya ini adalah diary ala Park Dong-Sun sendiri, mengingat tokoh Ayah bergolongan darah A, Ibunya B, Hyung-nya A, dan si ‘Cowok Gila’ bergolongan O *lho kok bisa?*

Bisa disimpulkan, kalau golongan darah A itu orangnya teratur, taat, dan patuh. Kalau B sih, ekspresif, bebas, tapi tetap peduli sekitar. Nah, yang O punya semangat tinggi, praktis, tapi seringkali merasa tersaingi. Sementara AB *ehem* orangnya suka mengkritik, realistis, dan mandiri. Tapi, Park Dong-Sun berpesan agar kita nggak seenaknya aja menilai orang berdasarkan golongan darahnya, kadang nggak semua pernyataan di web comic ini benar 100%, yang namanya manusia pasti punya salah, jadi hati-hati juga ya. Dan serial pertamanya ini masih belum cukup lho, nanti kita lanjut ke Simple Thinking about Blood Type 2 ya :D

Aku harap semuanya semakin mencintai seseorang, bisa semakin belajar cara untuk semakin mencintainya. Aku berharap semakin belajar cara untuk lebih banyak memberi. Aku berharap semakin belajar cara untuk lebih mampu mengungkapkannya. (hal. 258)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Sunyaruri by Risa Saraswati

Monday, August 18, 2014

Judul: Sunyaruri
Penulis: Risa Saraswati
Penerbit: Rak Buku
Tebal: 350 halaman
Rating: ★★★★

---

Sunyaruri, sebuah alam kesepian yang saat itu dirasakan Teh Risa karena merasa kehilangan sahabat-sahabat terbaiknya. Entah apa yang membuat Peter dan kawan-kawan mulai menghindar dari pertemuan dan percakapan yang biasanya sering mereka lakukan. Mungkin, kisah dari Danur dan Maddah membuat sahabat astral itu banyak dikenal orang, dikenal pembaca yang sama-sama ingin tahu dan mengenal mereka lebih jauh, menanyakan banyak hal tentang kisah masa lalu mereka yang menarik untuk disimak.

William, si pemain biola itu pernah suatu kali bertemu dengan Risa, hanya sesaat tanpa percakapan yang berarti. Katanya, ia akan pergi menemui orang lain, orang lain yang juga ingin mencoba mendengarkan suara biola Nouval kesayangan Will. Apa yang dilakukan Janshen pun demikian, ketika Risa berteriak memanggil-manggil namanya di sebuah gedung, Janshen mengacuhkannya, bermain riang bersama dua anak perempuan, dan hanya sekali menoleh pada Risa tanpa ocehan-ocehan yang menjadi rindu. Marianne, Hendrick, Hans, Norma, dan Peter, mereka mengabaikan Risa, memilih melakukan hal lain yang menyenangkan bila dibanding bersama setiap saat dengan manusia ikan *psst, Teh Risa itu Pisces maniak*.

Apa yang dilakukan Teh Risa ketika semua sahabat-sahabatnya pergi adalah dengan mencari sahabat baru, “mereka” yang mau membagi ceritanya tentang kisah getir pahit manisnya ketika kehidupan masih menjadi takdir mereka.

Gadis mungil berumur 7 tahun itu bernama Karina, seorang anak yang mempunyai watak yang menyenangkan, senyuman manis, kulit yang terang, dan gaya bicara yang tidak seperti anak sebayanya. Ain—begitu panggilannya—sangat kritis dan jeli terhadap banyak hal, sikap dewasa yang jarang dimiliki orang dewasa, namun malah menjadi alasan kekesalan dari Bapaknya.

Bapak Ain adalah seseorang yang keras, ketika suatu kali Ain menginginkan boneka lucu nan imut terpajang di sebuah toko, ia merengek meminta Bapaknya membelikan boneka itu. Ketika terus-menerus Ain memaksa Bapaknya membelikan, bukan persetujuan yang Ain dapat, ia malah mendapat tamparan dan cacian benci dari ayah tirinya itu. Beberapa kali Ain mengalami hal ini, tapi tidak pernah berani ia menceritakannya pada ibunya—Sugia, bagi Ain, bapak adalah bapak, yang tetap harus dihormatinya. Tragedi itu menggariskan hidup Ain telah berakhir, Bapak terselamatkan karena pengorbanan heroik dari anaknya, anak yang bahkan bukan darah dagingnya sendiri. Ain meninggalkan semuanya, meninggalkan Bapaknya yang kejam dan Ibu yang menyayanginya, dan meninggalkan keinginan memeluk boneka yang diharapkannya itu.

Mara dan Dara adalah sepasang kembar yang lahir dari rahim seorang pembantu, hasil biologis dengan majikan yang adalah seorang tentang Belanda, Tuan Lucas. Keduanya ditinggalkan ibu mereka yang merasa bahwa Mara dan Dara adalah cobaan terbesar yang pernah dialami ibunya itu. Mereka sendirian, tak tahu harus pulang kepada siapa dan ke arah mana. Hingga, kabar baik bahwa ada orangtua yang mau mengangkat keduanya sebagai anak mereka, Mama Margaret dan Papa Lois. Kedua orangtua tersebut memperlakukan Mara dan Dara seperti anak kandungnya, terlebih karena mereka tidak mempunyai kehadiran si kecil di rumah yang mewah nan luas itu. Kehadiran keduanya sempat membuat Mama Margaret khawatir akan kondisi mereka mengingat invansi Jepang yang saat itu akan menyerang Belanda mulai tersiar kabarnya, hingga semua firasat kalut itu benar-benar menjadi nyata.

Pengagum hujan, Tika-lah salah satunya. Gadis yang diangkat Paman dan Bibi-nya untuk menghindari pernikahan dini sebagai tebusan atas hutang kedua orangtuanya. Ia sedikit pemberontak, kenapa harus Paman dan Bibi-nya menyelematkannya jika dengan menikah ia bisa dekat dengan orangtua kandungnya. Namun, Tika tetaplah gadis penurut, dengan cara mencuci baju tetangganyalah, Tika membantu keadaan ekonomi keluarga Pamannya. Hingga suatu hari, ketika ia bekerja mencuci di rumah indekos Bu Tia, ia berkenalan dengan seorang penghuni mahasiswa lelaki bernama Andre. Mereka saling suka, namun cinta tidak membuat Tika bahagia, rasa ketertarikan itu berbuah perlakuan jahat yang akhirnya membawanya pada takdir kematian.

Cinta tapi beda kembali hadir dalam Sunyaruri, Eljsa dan Djalil yang menuang kisah dalam Cerita Kertas dan Pena. Elsja adalah seorang gadis Belanda yang tumbuh, berkembang, dan menjalani kehidupan sedari kecil bersama Djalil, anak seorang pembantu wanita di rumah keluarga Netherland tersebut. Semua berawal dari persahabatan kecil, saling membantu, saling menolong. Hingga ketika umur mereka beranjak dewasa, perasaan aneh itu muncul di keduanya. Tidak tahu harus dengan cara apa mereka bisa bersatu karena ternyata Mama dan Papa Eljsa tidak menginginkan cerita cinta itu ada. Eljsa dikurung, di dalam kamarnya bahkan di ruang bawah tanah. Bukan tanpa alasan orangtuanya mengurungnya, mereka tahu akan kabar invansi Jepang yang membombardir Belanda agar pergi dari negeri jajahannya. Eljsa sendiri, ditemukan mati dalam keadaan mengenaskan, ia pergi dengan rasa luka dan dendam kepada orangtuanya, dendam akan perasaan cinta terhadap Djalil dan dendam mengapa mereka tak lagi hadir ketika Eljsa terpuruk.

Ada banyak kisah lain tentunya yang membangun Sunyaruri. Larung Hara dan Sepasang Sayap Kecil Annete adalah kisah Risa dengan “mereka” yang baru. Sebagian, Teh Risa juga menceritakan akan rasa rindunya terhadap kawan-kawannya, dan sebuah rahasia akan terkuak hingga mengakhiri dari trilogi ini, Danur—Maddah—Sunyaruri. Lalu, apakah cerita rahasia itu? Baca selengkapnya di Sunyaruri.

***

Aku berniat menyelesaikan review ini karena pengin segera mengemas keempat buku pinjaman ini dan dikembalikan kepada pemiliknya, Teh Dyah. Yah, tapi sepertinya gagal, karena review baru selesai ditulis sebelum aku berangkat Senin pagi *abaikan intermezzo ini*.

Sunyaruri adalah alam kesepian, dan aku pernah merasakannya. Aura yang terkandung dalam katanya pun, seolah-olah menyatakan bahwa ada sepi disana, ada rasa luka, ada rasa rindu, dan kenangan yang membuncah. Lagi-lagi, Teh Risa membawaku ke dalam dunianya yang saat itu gelap, gelap dari cerita-cerita lucu dari kelima sahabat kecilnya, sunyi.


Aku tidak pernah berpikir bahwa dengan membaca Danur dan Maddah, Peter dkk menjadi seterkenal itu. Mungkin saja kan ada orang yang memanggil-manggil nama mereka sebelum tidur, minta diceritakan kisah paling menyeramkan, dari “mereka-mereka” secara langsung. Aku juga tidak pernah berpikir bahwa aku bisa memanggil “mereka”, ya kalau boleh aku ingin meminta Ivanna sajalah, aku ingin menjerit bersamanya. Tapi, suatu kali memang pernah sih aku bertemu dengan Samantha, dia yang pernah diceritakan Teh Risa dalam buku Danur.

Judul dan ilustrasi yang diberikan memberikan aura yang sama, tidak menakutkan, tidak mistis, namun membuat kesan misterius, termasuk cover bukunya. Ah, aku baru sadar kenapa Teh Risa membawa aquarium kecil itu, dia kan si manusia ikan juga, Pisces maniak. Beberapa kali sempat menemukan typo, tapi nggak masalah. Kalau boleh dibilang, dari dua buku terbitan Rak Buku ini, aku suka penataan di Sunyaruri, ukuran hurufnya tidak sekecil di buku Maddah, dan penulisan surat menggunakan jenis huruf yang berbeda namun tetap bisa dibaca, lain dengan Maddah yang kadang aku juga merasa kesulitan membacanya. Hanya saja, kadang spasi antar paragraf kurang sinkron, ada yang terlalu rapat, tapi nggak jarang ada yang kejauhan *nggak sejauh Anyer-Panarukan, kok*.

Hm, pada akhirnya Sunyaruri menutup trilogi Story of Peter and Friends ini, kita mungkin nggak akan lagi membaca dan mendengar cerita mereka. Biarlah Teh Risa asyik dengan dunianya, biarlah kita puas dan merasa cukup dari tiga buku ini, dan biarlah Peter cs menjadi milik Teh Risa seorang, agar ia tak lagi sendiri dari keramaian dunia. Percaya tidak kalau Teh Risa menulis kisah romantis? Ananta Prahadi-lah jawabannya :)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Maddah by Risa Saraswati

Judul: Maddah
Penulis: Risa Saraswati
Penerbit: Rak Buku
Tebal: 246 halaman
Rating: ★★★

---

Maddah adalah buku kedua dari trilogi kisah Peter cs, kembali Risa Saraswati menceritakan dunianya yang menyenangkan bersama kelima sahabatnya, dan juga dua sahabat barunya, Marianne—si gadis galak yang sembrono namun bisa berteman baik dengan Peter karena kesamaan watak yang mereka miliki, dan Norma—gadis cilik yang cantik dan baik dan sempat membuat pertengkaran di antara William dan Hendrick.

Ada beberapa kisah yang dituliskan, sama seperti buku sebelumnya—Danur—setiap kisah tentu menceritakan pengalaman Teh Risa dengan “mereka-mereka” yang baru ditemuinya, “mereka-mereka” yang tidak saja hanya menuang memori dalam buku ini, tapi juga menjadi awal perkenalan pembaca dengan setiap elemen yang ada. Yeah, you know what I mean.

Ada kisah Adam dan Biyan, sepasang kekasih yang tak lama lagi akan melangsungkan janji pernikahan. Namun, sebagai seorang calon pengantin, tidak heran jika Biyan menginginkan sesuatu yang spesial dari calon pasangannya, sebuah sepatu hitam yang dipesannya kepada seorang teman. Sepatu hitam dengan manik-manik hitam berkilauan yang menghiasi seluruh bagiannya itu kini akan jadi milik Biyan, namun sayang cerita ini berakhir ketika takdir memaksa sebuah tragedi terseret arus sungai menimpa pasangan kekasih itu. Jiwa mereka berpisah, namun cinta mereka bersama, bahkan setelah kematian sekalipun.

Ada lagi Ivanna, seorang perempuan jahat yang suka mencelakai orang lain. Keadaan yang memaksanya begitu. Ivanna adalah musuh besar Elizabeth, perempuan yang menjadikan perpecahan dalam keluarga Ivanna karena ia mencemooh Dimas—adik Ivanna, hanya karena namanya yang sangat Indonesia. Maka, dari kisah ini, terciptalah lagu Ivanna milik Risa Saraswati.



Penari itu adalah Canting, perempuan yang rela meninggalkan sekolah dan keluarganya hanya karena dirinya jatuh cinta pada sang pelatih, Farid. Perjalanan cinta mereka sangat menarik, Farid bisa dikatakan orang yang dapat memikat hati seorang perempuan bernama Canting. Suatu kecelakaan terjadi, Canting meminta Farid untuk sesegera mungkin menikahinya sebelum perutnya benar-benar membesar tanpa seseorang di sampingnya. Semua berjalan tidak seperti yang diharapkannya. Farid pergi meninggalkan Canting yang masih hamil karena ternyata ia sudah berumah tangga, Farid pergi untuk kembali ke keluarganya. Hidup seorang diri, berjuang dalam masa kehamilan, hingga melahirkan seorang anak lelaki, adalah pengorbanan yang harus Canting lakukan untuk melahirkan seorang anak manusia bernama Buih. Buih dititipkan kepada nenek dan kakeknya—Bapak dan Ibu Canting, karena Tuhan telah meminta Canting kembali sesaat setelah melahirkan Buih.



Ada lagi kisah sepasang kekasih yang ceritanya menyayat hati, Ladira dan Ardiga. Keduanya saling mencintai satu sama lain, perbedaan yang ada tidak membuat mereka merasa risi terhadap pandangan orang banyak mengenai perbedaan keyakinan. Dira adalah seorang Kristen Tionghoa, sedangkan Diga adalah laki-laki muslim anak dari seorang Kiai. Cinta mereka berakhir menyedihkan, memaksa keduanya berpisah karena perbedaan yang jarang bisa diterima banyak orang. Perbedaan untuk status seperti umur, sosial, ras memang bukan suatu hal yang besar, tapi apakah itu sama berlakunya dengan perbedaan agama diantara dua insan yang saling mencinta?

“Jika kau memang mencintaiku... kau harus percaya...” (hal. 168)
Tidak hanya itu, cerita lainnya juga dituang Teh Risa dari segi pandangnya yang menarik. Selipan cerita tentang kawan-kawannya ia kemas dengan caranya sendiri. Apa saja yang ditulisnya? Baca selengkapnya di Maddah.

***

Bukan hal yang mudah buatku menulis ulasan buku yang satu ini. Selain karena tersendat waktu dan peristiwa yang darurat, aku kadang takut juga kalau menulisnya di waktu tertentu, ketika sendiri atau malam menjelang. Hehe, asumsi bodoh sebenarnya, dan lebih bodoh aku melakukannya hingga kini memberanikan diri menulis review di malam hari.


Setiap cerita dalam Maddah diceritakan cukup panjang, namun tetap berkesan. Tetap ada kisah Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen, kelima sahabat astral Teh Risa, namun dengan cerita yang lain—tentu saja—dengan buku Danur (Danur lebih bercerita kepada perkenalan dan masa lalu setiap karakter). Ada juga surat-surat yang menjadi sisipan di tiap jeda antara satu cerita ke cerita lainnya. Kadang tidak berkaitan, tapi kalau sudah baca Danur setidaknya, kita bisa paham kok.

Dari banyaknya cerita, aku suka kisah Ladira dan Ardiga. Dua sejoli yang memiliki akhir kisah menyedihkan karena sebuah perbedaan. Aku meyakini satu hal, perbedaan itu ada, perbedaan itu seperti air dan minyak—tak pernah bisa bersatu, namun tetap bisa berdampingan. Kisahnya juga cukup familiar ya apalagi kalau dikaitkan dengan kisah dari Dwi**sar* tentang Cinta Tapi Beda. Hm.

Ah ya, aku suka cara Teh Risa menuliskan judul dari setiap kisah, bahasa yang digunakan jarang bahkan baru aku tahu penulisan katanya. Mungkin bahasa Indonesia zaman dahulu, atau bahasa arkais yang aku sendiri nggak tahu apa maknanya. Apalagi, kata-kata itu bakal kamu temukan lebih banyak dalam Sunyaruri. See? Maddah membawaku pada ingatan tentang acara Léngkah Maddah yang beberapa waktu lalu diadakan di Bandung, dan tentunya beberapa kali aku senang memutar track Ivanna hanya karena suara jeritannya yang jadi candu.

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Dimensi by Triani Retno A & Rassa Shienta A

Friday, August 15, 2014

Judul: Dimensi
Penulis: Triani Retno A. & Rassa Shienta A.
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tebal: 195 halaman
Rating: ★★★★

---

Tuhan memiliki begitu banyak rahasia. Manusia hanya diberi sedikit ilmu untuk mempelajari dan mengungkapkan rahasia-rahasia itu, terutama tentang alam gaib. (hal. 146)

Hari itu, kelas XI IPS kedatangan murid baru bernama Zhafira Massawa. Siswi pindahan yang merupakan keturunan Arab-Palembang-Sunda ini terpaksa pindah mengikuti Abi-nya yang mendapat tugas baru di Kota Bandung. Bukan hal yang mudah bagi Zha—begitu panggilannya—untuk beradaptasi dari SMAN 16 Palembang ke SMAN 215 Bandung dengan berbagai hal yang berlawanan dengan kebiasaannya.

Namun, semua hal itu berubah ketika Zha berkenalan dengan Keira Luvena, makhluk paling bawel dan si tukang ngayal tingkat tinggi. Hari-hari Zha terasa lebih menyenangkan, dan ia tidak pernah sungkan lagi untuk berbagi cerita yang belum diketahui teman-temannya dulu kepada Keira.

Suatu saat, Keira merasa curiga terhadap perlakuan Zha, ia merasa ada yang aneh dengan temannya itu. Dibantu Aldiano Dewanto, teman laki-laki sekelasnya itu, akhirnya Keira tahu kalau Zha ternyata seorang indigo. Indigo intradimensional.

“Itu, kan, karunia, Zha. Pemberian Tuhan. Tidak seorang pun bisa menahan rahmat yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Begitu juga, tidak seorang pun dapat melepaskan apa saja yang ditahan oleh Allah,” (hal. 99)
Beberapa kali Zha harus merasakan berpindah dari satu dimensi ke dimensi lain. Ketika untuk pertama kalinya Keira dan Aldi mengetahui bahwa Zha pingsan, mereka merasa terkejut bahwa ternyata Zha pingsan karena ia sedang berintradimensi.

“... Hidup itu sederhana, Zha, tapi dengan bersyukur hidup akan jadi luar biasa. Dengan bersyukur kamu akan lebih bahagia dan hatimu akan jauh lebih tenang. Nggak semua orang bisa mendapatkan anugerah istimewa sepertimu,” — “... Jangan mengeluh. Keluhan itu bisa mengganda di otakmu dan akan membuat mentalmu semakin lemah. ...” (hal. 101)
Masa lalu, masa depan. Bukan hal yang aneh bagi seorang Zha jika ia harus pingsan dan melewati labirin waktu serta dibawa ke banyak tempat yang terkadang tidak ia ketahui. Dari sekian banyaknya tempat, sekolahnya sendiri-lah yang akhirnya membawanya pada sebuah misteri yang harus ia pecahkan. Dibantu Keira dan Aldi, Zha harus membantu seorang putri ningrat dari masa lalu, bagaimanakah perjalanan intradimensi Zha dan pertemuannya dengan Sekar Ayu? Apa yang harus Keira dan Aldi lakukan? Baca selengkapnya di DIMENSI.

***

Menyenangkan sekali, karena untuk pertama kalinya (lagi) bisa menuntaskan sebuah buku bacaan hanya dalam beberapa jam saja—dua jam sampai adzan Dzuhur hari Jumat berkumandang. Setelah sebelumnya berjuang mendapatkan buku ini dari penulisnya langsung, dan berjanji akan segera meresensinya dalam blog, akhirnya tunai sudah janji itu. Yeeee ^^v


Baiklah, kesan pertama yang aku tangkap dari cover buku, mungkin ini tentang cerita romance anak metropolitan. Namun, setelah membaca sedikit Thanks To dan hampir lupa membaca Sinopsis, ternyata buku ini bercerita tentang kisah anak indigo, Zha si indigo intradimensional. Wah, kayaknya lama nih belum baca buku yang bahas kayak gini, apalagi aku juga punya adik kelas yang (entah sekarang masih atau tidak) indigo juga, namanya Amira, kalau mau tahu :P

Kisah sebenarnya diawali dari cerita keseharian Keira dan adiknya, Keanu. Menceritakan juga tentang Maminya yang adalah seorang dosen di banyak universitas. Aku pikir, pada awalnya, mungkin si Keanu yang jadi anak indigo, tapi nggak ada tanda-tanda kalau dia yang bakal memerankan peran ini. Ah, tebakan Asyifa meleset jauh :(

Cerita kebanyakkan berlatar di sekolah, SMAN 215 Bandung. Hm, angka 215 udah kejauhan ya buat sekolah SMA di Bandung. Setauku untuk sekolah dengan label SMAN baru ada 20 apa 30 ya? Maaf kalau salah, bukan AKB, Anak Kota Bandung, hehe. Kalau dibaca dari latarnya, gedung sekolahnya, koridor, toilet, dan bahkan cat sekolah, aku pikir SMAN 215 ini wujud lain dari SMAN 5 Bandung. Iya nggak sih Mbak? *kalau salah, selain digebuk penulis, juga dihajar se-Belitung Timur, ealah*.

Ceritanya? Mengalir aja, benar-benar berjalan sebagaimana adanya. Kita juga bisa aja diajak jalan-jalan ke masa lalu dan masa depan yang mungkin di luar nalar, agak susah sih membayangkannya, apalagi cerita saat si Zha dibawa ke Kerajaan Pajajaran, duh x_x Akan tetapi..., masih ada beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan saran, beberapa kali aku menemukan kata berbahasa lokal, selain atuh atau Neng, mungkin bisa dipastikan banyak orang tahu. Tapi, bagaimana ceritanya dengan ‘ngebanjur’ (hal. 18), aku sendiri kaget, ada kata nge-banjur yang mungkin saja pembaca buku Dimensi masih belum paham, kalau tidak pakai footnote ya ganti saja dengan kalimat Indonesia, disiram atau diguyur misalnya.

“Lagian apa asyiknya, sih, nonton bola? Bola cuma satu direbutin sama dua puluh dua orang gitu. Biasa kan ngantre, dong. Nunggu giliran, jangan rebutan gitu.” — “Tiru dong pemain bola bekel. Sabar mengantre sampai dapat giliran. Nggak main rebut dari lawan. Gimana kalau orang yang bolanya direbut ngerasa nggak rela? Wah, repot tuh urusannya, Nu. Dia bisa merasa teraniaya. Padahal, dosa orang teraniaya itu pasti dikabulkan oleh Allah. Bisa aja, kan, dia berdoa supaya lawan yang merebut bolanya itu kalah...” (hal. 2)
Tapi, tidak menutup kemungkinan selama membaca buku ini, kamu bisa tersenyum sendiri—saat membaca buku ya! Kelakuan-kelakuan aneh dari tiap tokohnya, terutama antara Aldi-Keira kadang bisa bikin ngakak, sekaligus iri, ah... harus dibaca deh. Anyway, entah kenapa ya banyak di antara keterangan dari tokoh-tokohnya dekat dengan kehidupan aku sendiri. Misal, nama ‘Luvena’ yang adalah juga nama belakang dari Kakak sepupu, beda dikit, sepupu aku nama belakangnya Luverina, doi nggak bawel kayak Keira kok. Terus nama belakang Aldi yang mengingatkan salah satu teman di Kota Bandung, Salman Dewanto, haha. Dan ya... terimakasih untuk ide penulis, baik Mbak Retno maupun Mbak Shienta yang telah berpikir memilihkan kelas untuk Sam, XI IPA 3, bangganya nama kelasku disebut, XI MIIA 3, karena MIIA adalah program IPA, sama saja. Terimakasih ya, kapan-kapan, bawa nama aku juga buat dijadikan nama tokoh *ngarep*.

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs