[REVIEW] The Fault In Our Stars - John Green

Sunday, October 19, 2014

“Aku jatuh cinta kepadamu, dan aku tidak mau mengingkari diriku sendiri dari kenikmatan sederhana berkata jujur.” (hal. 207)

Judul: The Fault In Our Stars
Penulis: John Green
Penerbit: Qanita (imprint Mizan)
Tebal: 422 halaman
Rating: ★★

---

Namanya Hazel Graze, seorang remaja berusia 16 tahun yang mengidap penyakit tiroid dengan metastasis. Penyakit ini membuat Hazel kesulitan bernafas dan selalu merasakan sakit pada paru-parunya dan terkadang kekurangan oksigen. Itulah yang membuatnya harus selalu memakai dan membawa alat bantu pernafasan berupa kanula dan tabung oksigen.

Hazel bertemu Augustus Waters pada pertemuan mingguan Kelompok Pendukung, suatu pertemuan yang menghadirkan anak-anak penderita kanker. Gus—begitu panggilannya—berusia 17 tahun dengan osteosarkoma. Walaupun begitu, Gus tetap menjalani hidupnya dengan berpikir positif.

Ada juga Isaac, anak laki-laki berwajah muram yang menderita kanker mata yang luar biasa langka. Isaac adalah teman Hazel dan Gus, dalam pertemuan Kelompok Pendukung itu.

Pertemuan itu membawa mereka dalam cerita yang mengharukan, tentang kisah-kisah bagaimana seorang pengidap kanker harus dan dapat bertahan hidup. Hazel dan Gus semakin akrab, bahkan setelah membaca buku Kemalangan Luar Biasa, Gus meyakinkan Hazel untuk ikut menemui penulis bernama Peter van Houten itu. Tidak mudah mengiyakan keinginan yang satu ini, karena Hazel dituntut memberi perhatian lebih pada penyakitnya. Namun, di sisi lain ia juga penasaran, mengapa cerita dalam Kemalangan Luar Biasa berakhir begitu saja, tidakkah Peter van Houten akan melanjutnya karyanya?

Kemalangan Luar Biasa menceritakan seorang gadis bernama Anna dan ibunya yang bermata satu, tukang kebun profesional yang terobsesi dengan tulip. Mereka memiliki kehidupan kelas menengah ke bawah yang normal di sebuah kota kecil di California tengah, sampai Anna menderita kanker darah langka.
***

Awesome. Semenjak tersiar kabar bahwa banyak orang yang menyukai buku yang satu ini, aku tidak berpikir apa memang sebegitunya ya? Katanya sih..., buku ini berkisar kisah fiksi tentang orang-orang yang mengidap kanker. Menyedihkan, tapi juga mengharukan. Awalnya nggak terlalu antusias, toh ini hanya kisah fiksi, rasanya masih kurang sreg kalau bukan kisah nyata.

But to be honest, ini memang manis. Cerita Hazel dan Gus seolah-olah nyata walau agak tidak mungkin ada orang yang benar-benar seperti mereka—memandang kehidupan sebegitu mudahnya, bahkan tanpa memikirkan beban dari vonisan kanker itu sendiri. Di lain kisah cinta antara Hazel dan Gus, dan juga teman mereka—Isaac, keluarga dari keduanya pun terasa hangat dan menjaga anak-anaknya dengan kasih sayang. Nggak overprotektif macam orangtua dari anak pengidap kanker lainnya.

“Aku tidak akan membohongimu soal ini. Seandainya kau lebih merepotkan daripada bermanfaat, kami akan melemparkanmu begitu saja ke jalanan.” (hal. 141)
Cara John Green menulis ceritanya cukup berhasil menurutku, kecuali kalau ada beberapa orang yang berekspetasi bahwa buku ini menyedihkan sekali atau mengharapkan akhir yang bahagia sekali. Tidak, buku ini tidak semudah yang dibayangkannya. Ada cerita sedih, bahagia, dengan takaran yang pas dan tidak melebih-lebihkan.

Di lain hal, aku cukup kecewa dengan penerjemahannya. Inilah yang jadi ketakutanku, menyesal membaca buku terjemahan karena hasil terjemahan itu sendiri. Padahal, bisa jadi kan cerita versi aslinya lebih menakjubkan, who knows? Ada banyak hal yang kurang aku pahami dari buku ini, makanya membacanya pun sedikit bertele-tele karena hampir menyerah dan bosan. Sayang sekali, buku sebagus ini tapi terjemahannya kurang pas di hati.

Eh, selain itu, ada beberapa kutipan yang aku suka dari buku ini (yah, walau kadang menemukan juga penerjemahan yang nggak sinkron sama sekali).

“...Jika kau khawatir dilupakan selamanya oleh manusia, aku mendorongmu untuk mengabaikannya saja. Tuhan tahu, itulah yang dilakukan semua orang lainnya.” (hal. 23)
 “Semua orang begitu baik. Juga kuat. Di hari-hari terkelam, Tuhan meletakkan orang-orang terbaik dalam hidupmu.” (hal. 42)
“Terkadang orang tidak memahami janji yang mereka ucapkan ketika mereka sedang mengucapkannya,” (hal. 86)
“Kepedihan menuntut untuk dirasakan.” (hal. 89)
“Aku selalu berpikir dunia adalah pabrik pewujud-keinginan.” (hal. 150)
“Sadarlah bahwa berupaya menjaga jarak dariku tidak akan mengurangi kasih sayangku terhadapmu.” (hal. 167)
“... Kau begitu sibuk menjadi dirimu sendiri, sehingga sama sekali tidak tahu betapa kau benar-benar tidak ada duanya.” (hal. 168)
Aku selalu merasa terbangun dari nyeri, ketika sesuatu yang berada di dunia di luar diriku mendadak menuntut komentar atau perhatianku. (hal. 192)
“Kita menua lebih lambat ketika bergerak lebih cepat, jika dibandingkan dengan ketika berdiri diam. Jadi, pada saat ini waktu berlalu lebih lambat bagi kita daripada bagi orang-orang di bumi.” (hal. 201)
“... Ketakutan terhadap pelupaan abadi adalah sesuatu yang lain, ketakutan bahwa aku tidak akan bisa memberikan sesuatu pun sebagai pengganti hidupku.” (hal. 227)
“Kau jahat sekali mengatakan bahwa satu-satunya kehidupan yang bermakna adalah jika kita hidup untuk sesuatu atau mati untuk sesuatu. Itu hal yang sangat jahat untuk dikatakan kepadaku.” (hal. 228)
“Pasti kau tahu kalau hanya ada dua emosi, yaitu cinta dan ketakutan.” (hal. 254)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

No comments:

Post a Comment

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs