[REVIEW] Unforgiven - Eve Shi

Monday, June 15, 2015

Rumah bukan makhluk hidup yang bisa mengancam manusia. (hal. 9)

Judul: Unforgiven
Penulis: Eve Shi
Penerbit: GagasMedia
Editor: Nico Rosady
Proofreader: Tesara Rafiantika
Penata letak: Gita Ramayudha
Desain cover: Levina Lesmana
Tebal: 262 halaman
Harga: Rp. 39.000,-
Rating: ★★

Rumah hijau kedatangan penghuni baru, padahal orang-orang di kompleks itu tahu, bahwa rumah hijau bukanlah sembarang rumah. Ada banyak kabar beredar bahwa rumah tersebut angker, banyak hal yang melatarbelakanginya, mulai dari isu keluarga yang tidak harmonis, kejahatan kriminal, hingga santer terdengar pembunuhan pernah terjadi di rumah tersebut.

Lurk: To move about furtively, or wait in a concealed position. (hal. 1)

Kaylin adalah salah satu anggota keluarga yang mendiami tempat tinggal di samping rumah hijau yang sudah lama tidak ditempati itu. Meski sudah lama, ia baru merasa keanehan mulai banyak terjadi setelah Yanuar—orang yang pindah—berniat tinggal disana. Rico, sahabat Kaylin, pun merasa demikian. 

Intrude: To be an unwelcome presence in, or make an unwelcome entry into, something. (hal. 61)

Suara pintu dibanting, lantai dikotori, lampu dimatikan, hingga sesosok yang membuat suara-suara tawa dan tangis dendam. Meski dianggapnya khayalan, keanehan itu sama halnya terjadi di rumah keluarga Rico. Tidak mungkin kan khayalan bohong itu dirasakan dua orang berbeda sekaligus?

Counter: To do something in opposition to what somebody else is doing. (hal. 163)

Hal tersebut akhirnya membuat Cher—adik Kaylin—mengalami kecelakaan kecil ketika dirinya berada di kamar mandi. Meski tidak seberapa, Kaylin menganggap sosok tersebut benar-benar telah mengganggu kehidupan keluarga mereka.

Settle: To become a resident of place. (hal. 231)

Usut punya usut, Kaylin dan Rico mulai mencari tahu ada apa sebenarnya yang terjadi. Satu demi satu rahasia terkuak, kepingan demi kepingan rahasia di empat puluh tahun lalu mulai terbongkar.

Sebenarnya, Kaylin dan Rico adalah anak kelas 10 SMA. Ceritanya juga nggak hanya berpusat di kasus horor keluarga dan rumah mereka saja, tapi juga kisah-kisah khas anak SMA. Tentang Rico yang ingin dekat dengan Jessa—anak basket yang cantik, hingga niat Kaylin mendekatkan keduanya. Sayangnya, aku merasa bagian-bagian tentang kehidupan sekolah mereka, baik Kaylin, Rico, maupun Cher ‘hanya’ sekadar penambah cerita, karena... ya sudah ya, takut spoiler.

Hal yang cukup seru sekaligus greget adalah aku merasa tertantang untuk ikut merangkai petunjuk demi petunjuk yang disuguhkan penulisnya. Meski seringkali nggak ngeh sama bagian tertentu, fokusnya kembali lagi ke rahasia itu. Hosh...

Di buku ini sendiri, ada empat bagian besar yang kemudian dipaparkan ke dalam 35 bab. Banyak? Nggak kok, karena seingatku ada satu bab yang hanya menulis sekitar 2-3 halaman, benar atau nggaknya silakan cek sendiri ya. Hehe... Ada satu halaman yang entah disadari atau nggak, koreksi editor (atau mungkin proofreader) masuk ke dalam ceritanya. Padahal, jalan cerita lagi edisi tegang lho, eh... ada satu kalimat menclak disitu. Yah, mungkin Teh Dyah—fyi, aku pinjam bukunya—harus menukarkan buku ini, sebab ada satu halaman yang teksnya sama dengan halaman sebelumnya, dimaklum saja kekeliruan produksi. Penulisnya menjelaskan disini.

Aku tipe orang yang menyukai genre horor, terlepas dari takut atau nggaknya sama hantu yang muncul di dalam cerita. Tapi, aku merasa kurang puas dengan akhir yang disuguhkan. Mungkin, ceritanya belum selesai, mungkin juga memang sudah selesai tapi penulis membebaskan pembaca menentukan ending-nya yang kita mau. Itu nggak salah, pembaca (seperti aku) nggak mempermasalahkan apakah happy ending atau sad ending di bagian akhir cerita, tapi kami hanya butuh good ending. That’s it!

Namun, ia tidak boleh patah arang, lebih-lebih menyerah. Orang pengecut selamanya akan selamat tapi kalah. (hal. 184)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

2 comments:

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs